Tuesday 22 December 2015

Cinta Ibu Tak Terhingga Sepanjang Masa

Sebelumnya Atha sempat menulis tentang cinta ayah, kali ini Atha akan membahas tentang cinta ibu yang tak terhingga. Bertepatan dengan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember ini. Hari yang sebetulnya pada awalnya didedikasikan untuk para wanita yang tidak hanya menjalankan peranannya sebagai seorang Ibu, tapi lebih dari itu.
Cinta Ibu
Tapi tak masalah karena yang ingin Atha bahas kali ini tentang bagaimana cinta seorang ibu yang benar-benar tidak terhingga itu. Terutama kepada anak-anaknya. Ada beberapa alasan untuk bisa mengatakan betapa tak terhingganya cinta yang diberikan seorang ibu kepada anaknya. Berikut diantaranya:

Ibu Mengandung dan Melahirkan Kita
Mengandung dalam waktu 9 bulan bukanlah waktu yang sebentar. Selama 9 bulan kita di dalam rahimnya dan dibawanya kemanapun ia pergi, tak terkecuali. Belum lagi bagaimana bercampur aduk perasaan seorang ibu ketika hadir janin di dalam rahimnya. Tidak hanya hormonnya yang mengalami perubahan tapi juga bentuk tubuh, ukuran tubuh, bahkan kekuatannya yang semakin berkurang dari satu kelahiran ke kelahiran yang lainnya.

Semua itu berpengaruh pada kepekaannya terhadap banyak hal. Hingga seringkali para calon ibu merasakan luapan emosi yang berbeda-beda pada masa kehamilannya. Mulai dari awal kehamilan hingga menjelang persalinan. Mudah marah, mudah menangis, mudah lelah dan letih, juga mudah tersinggung dengan ucapan atau ulah orang-orang di sekitarnya. Banyak orang yang tidak tahu betapa berusahanya mereka menutupi perasaan-perasaan itu agar selalu tampak bahagia dengan kehamilannya.

Bahagia sudah pasti karena ia mengandung buah hati yang merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak semua orang mendapatkannya. Faktanya tidak sedikit mereka yang sangat ingin memiliki momongan tapi belum juga dipercaya Tuhan untuk memilikinya. Hingga pernikahan mereka berusia puluhan tahun, janin itu masih enggan mengisi rahim mereka. Hanya Tuhan yang tahu apa sebab dan bagaimana ia memilih siapa-siapa untuk diberi amanah.

Ibu yang Membuai Kita
Tidak ada tempat yang senyaman buaian seorang ibu kepada anaknya. Tidak hanya sentuhan biasa tapi penuh dengan kasih dan sayang. Semua ia luapkan dalam setiap buaiannya. Betapa cintanya ia pada anak-anaknya. Sekalipun dalam perjalanannya ada saja sandungan yang membuatnya marah, kesal atau bahkan menangis karena ulah anak yang dicintainya.

Tapi seketika itu reda karena ia selalu dengan mudah memafkan kesalahan anak-anaknya tanpa diminta sekalipun. Dengan rela ia terus mendoakan anak-anaknya bahkan tanpa diminta. Ia selalu berusaha memberikan apapun yang kita inginkan dengan usaha kerasnya yang kadang tidak kita ketahui. Dia selalu  mengharapkan kita mendapatkan yang terbaik dalam setiap perjalanan hidup kita.

Buaian ibu mampu menghancurkan dinding tebal kebencian, kemarahan, bahkan rasa dendam. Semua itu meleleh dengan buaian tulus seorang ibu. Buaian yang selalu ada kala kita membutuhkannya. Karena setiap anak selalu membutuhkan ibunya. Bagaimanapun keadaannya. Sosok yang mau tidak mau berpengaruh besar dalam perjalanan hidup seseorang.

Ibu yang Mendidik Kita
Seharusnya rumah adalah tempat yang paling lama untuk mendapatkan pendidikan. Itu diperoleh dari seorang ibu yang mendidik kita dengan baik. Bagaimana ia mengajari kita bagaimana seharusnya berkata-kata, berperilaku, hingga tak jarang Ibu menjadi guru privat terbaik di rumah. Bukan hanya pelajaran sekolah, tapi juga pelajaran tentang kehidupan.

Dari didikannya lahirlah berbagai generasi. Mulai dari generasi yang suka berhura-hura hingga generasi yang rajin, cerdas, berbudi pekerti luhur, dan bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga untuk orang banyak. Semua ditentukan oleh bagaimana cara seorang ibu mendidik kita sebagai anak-anaknya. Tempaan yang sulit biasanya menghasilkan generasi yang unggul dalam berbagai hal.

Baik buruk sikap dan perilaku seorang anak sebagian besar ditentukan oleh Ibunya. Bagaimana ia memberikan pendidikan di dalam rumah untuk anak-anaknya. Walaupun ada juga yang sebaliknya, seorang anak yang justru ditempa dengan didikan yang buruk tapi mampu menjadikannya justru lebih baik karena di kemudian hari ia belajar. Tidak hanya dari sekolah, tapi juga dari semua pengalaman hidup yang menempanya hingga ia bisa berhasil menjadi sesuatu.

Faktanya mendidik seorang anak memang tidak mudah. Dunia ibu dan anak tidak selamanya manis yang isinya melulu tentang cerita ibu dan anak yang selalu ceria dan penuh senyuman. Di sisi lain tak jarang seorang ibu harus berjibaku dengan dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa tampak sebagai seorang ibu yang ideal bagi anak-anaknya. Padahal di sisi lain ia kadang begitu frustasi untuk menghadapi tingkah laku anaknya.

Ibu yang Selalu Ada untuk Kita
Ini adalah bagian yang sulit untuk bisa diwujudkan saat ini. Bagaimana tidak, Ibu berada di rumah 24 jam pun kadang tidak diperdulikan lagi oleh anaknya. Mereka lebih perduli dengan paket internet mereka atau pulsa mereka yang habis dengan kehadiran Ibu di tengah-tengah mereka. Mereka terlena dengan gadget dan berbagai keasyikan yang ditawarkan  di dunia maya ini. Maka sesekali penting untuk mencanangkan gerakan sehari tanpa gadget di rumah.

Hari dimana tidak seorangpun anggota keluarga yang menggunakan gadgetnya. Dengan begitu semua keluarga bisa berkumpul dan merasa dekat satu sama lain dalam arti yang sebenarnya. Karena mereka yang benar-benar nyata sesungguhnyalah yang benar-benar bisa memelukmu dan memberikanmu cinta dan kehangatan, Ibu salah satunya. Dia yang selalu ada untuk kita dalam keadaan apapun.

Saat kita butuh didengarkan, saat kita butuh dinasehati, saat kira butuh saran, bahkan saat kita hanya membutuhkan sebuah pelukan. Semua itu bisa diberikan oleh sebuah sosok yang bernama Ibu, Mama, Umi, Bunda, Amak, Emak, dan berbagai sebutan lainnya yang biasa disematkan pada seseorang yang melahirkan anak. Bisa jadi mereka yang dengan tulus membesarkan kita tanpa melakukan tugas seorang ibu sebagai sosok yang mengandung dan melahirkan.

Seorang ibu selalu siap untuk kita, anaknya kapanpun kita membutuhkannya. Walaupun kita sebagai anak tidak selalu bisa hadir saat beliau membutuhkan kita. Kadang kita tidak peka saat Ibu kita tersakiti perasaannya dengan ucapan dan tingkah laku kita. Saat ia berselisih dengan ayah kita dan memerlukan pelukan hangat dari kita untuk menguatkannya. Bagaimana ketika ia kehilangan semangat dan membutuhkan pelukan kita untuk bisa menjadi penguatnya. Itulah bedanya seorang anak dan seorang ibu.


Dan akhirnya, pada Ibulah kita kembali atas semua amarah yang kadang membuncah dalam hati dan pikiran kita. Hanya kepadanyalah kita bisa melepas segala rasa tanpa harus malu. Hanya Ia yang mampu mendengar keluh kesah kita tanpa membocorkannya pada orang lain. Dialah yang tahu segala-galanya tentang kita, walaupun ia mengetahuinya dari buku diary yang ia baca tanpa sepengetahuan kita. Ah, mama... Selamat hari Ibu. You are not perfect Mom but you are the best mom that i ever had. I Love u Mama.Cinta seorang Ibu memanglah tak terhingga sepanjang masa.***

No comments:

Post a Comment