Sebelumnya
Atha sempat menulis tentang cinta ayah, kali ini Atha akan membahas tentang
cinta ibu yang tak terhingga. Bertepatan dengan hari Ibu yang jatuh pada
tanggal 22 Desember ini. Hari yang sebetulnya pada awalnya didedikasikan untuk
para wanita yang tidak hanya menjalankan peranannya sebagai seorang Ibu, tapi
lebih dari itu.
Cinta Ibu |
Tapi
tak masalah karena yang ingin Atha bahas kali ini tentang bagaimana cinta
seorang ibu yang benar-benar tidak terhingga itu. Terutama kepada anak-anaknya.
Ada beberapa
alasan untuk bisa mengatakan betapa tak terhingganya cinta yang diberikan
seorang ibu kepada anaknya. Berikut diantaranya:
Ibu Mengandung dan Melahirkan Kita
Mengandung
dalam waktu 9 bulan bukanlah waktu yang sebentar. Selama 9 bulan kita di dalam
rahimnya dan dibawanya kemanapun ia pergi, tak terkecuali. Belum lagi bagaimana
bercampur aduk perasaan seorang ibu ketika hadir janin di dalam rahimnya. Tidak
hanya hormonnya yang mengalami perubahan tapi juga bentuk tubuh, ukuran tubuh,
bahkan kekuatannya yang semakin berkurang dari satu kelahiran ke kelahiran yang
lainnya.
Semua
itu berpengaruh pada kepekaannya terhadap banyak hal. Hingga seringkali para
calon ibu merasakan luapan emosi yang berbeda-beda pada masa kehamilannya.
Mulai dari awal kehamilan hingga menjelang persalinan. Mudah marah, mudah
menangis, mudah lelah dan letih, juga mudah tersinggung dengan ucapan atau ulah
orang-orang di sekitarnya. Banyak orang yang tidak tahu betapa berusahanya
mereka menutupi perasaan-perasaan itu agar selalu tampak bahagia dengan
kehamilannya.
Bahagia
sudah pasti karena ia mengandung buah hati yang merupakan anugerah dari Tuhan
yang tidak semua orang mendapatkannya. Faktanya tidak sedikit mereka yang
sangat ingin memiliki momongan tapi belum juga dipercaya Tuhan untuk
memilikinya. Hingga pernikahan mereka berusia puluhan tahun, janin itu masih
enggan mengisi rahim mereka. Hanya Tuhan yang tahu apa sebab dan bagaimana ia
memilih siapa-siapa untuk diberi amanah.
Ibu yang Membuai Kita
Tidak
ada tempat yang senyaman buaian seorang ibu kepada anaknya. Tidak hanya
sentuhan biasa tapi penuh dengan kasih dan sayang. Semua ia luapkan dalam
setiap buaiannya. Betapa cintanya ia pada anak-anaknya. Sekalipun dalam
perjalanannya ada saja sandungan yang membuatnya marah, kesal atau bahkan
menangis karena ulah anak yang dicintainya.
Tapi
seketika itu reda karena ia selalu dengan mudah memafkan kesalahan anak-anaknya
tanpa diminta sekalipun. Dengan rela ia terus mendoakan anak-anaknya bahkan
tanpa diminta. Ia selalu berusaha memberikan apapun yang kita inginkan dengan
usaha kerasnya yang kadang tidak kita ketahui. Dia selalu mengharapkan kita mendapatkan yang terbaik
dalam setiap perjalanan hidup kita.
Buaian
ibu mampu menghancurkan dinding tebal kebencian, kemarahan, bahkan rasa dendam.
Semua itu meleleh dengan buaian tulus seorang ibu. Buaian yang selalu ada kala
kita membutuhkannya. Karena setiap anak selalu membutuhkan ibunya. Bagaimanapun
keadaannya. Sosok yang mau tidak mau berpengaruh besar dalam perjalanan hidup
seseorang.
Ibu yang Mendidik Kita
Seharusnya
rumah adalah tempat yang paling lama untuk mendapatkan pendidikan. Itu
diperoleh dari seorang ibu yang mendidik kita dengan baik. Bagaimana ia
mengajari kita bagaimana seharusnya berkata-kata, berperilaku, hingga tak
jarang Ibu menjadi guru privat terbaik di rumah. Bukan hanya pelajaran sekolah,
tapi juga pelajaran tentang kehidupan.
Dari
didikannya lahirlah berbagai generasi. Mulai dari generasi yang suka
berhura-hura hingga generasi yang rajin, cerdas, berbudi pekerti luhur, dan
bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga untuk orang banyak. Semua
ditentukan oleh bagaimana cara seorang ibu mendidik kita sebagai anak-anaknya.
Tempaan yang sulit biasanya menghasilkan generasi yang unggul dalam berbagai
hal.
Baik
buruk sikap dan perilaku seorang anak sebagian besar ditentukan oleh Ibunya.
Bagaimana ia memberikan pendidikan di dalam rumah untuk anak-anaknya. Walaupun
ada juga yang sebaliknya, seorang anak yang justru ditempa dengan didikan yang
buruk tapi mampu menjadikannya justru lebih baik karena di kemudian hari ia
belajar. Tidak hanya dari sekolah, tapi juga dari semua pengalaman hidup yang
menempanya hingga ia bisa berhasil menjadi sesuatu.
Faktanya
mendidik seorang anak memang tidak mudah. Dunia ibu dan anak tidak selamanya
manis yang isinya melulu tentang cerita ibu dan anak yang selalu ceria dan
penuh senyuman. Di sisi lain tak jarang seorang ibu harus berjibaku dengan
dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa tampak sebagai seorang ibu yang ideal bagi
anak-anaknya. Padahal di sisi lain ia kadang begitu frustasi untuk menghadapi
tingkah laku anaknya.
Ibu yang Selalu Ada untuk Kita
Ini
adalah bagian yang sulit untuk bisa diwujudkan saat ini. Bagaimana tidak, Ibu
berada di rumah 24 jam pun kadang tidak diperdulikan lagi oleh anaknya. Mereka
lebih perduli dengan paket internet mereka atau pulsa mereka yang habis dengan
kehadiran Ibu di tengah-tengah mereka. Mereka terlena dengan gadget dan
berbagai keasyikan yang ditawarkan di
dunia maya ini. Maka sesekali penting untuk mencanangkan gerakan sehari tanpa
gadget di rumah.
Hari
dimana tidak seorangpun anggota keluarga yang menggunakan gadgetnya. Dengan
begitu semua keluarga bisa berkumpul dan merasa dekat satu sama lain dalam arti
yang sebenarnya. Karena mereka yang benar-benar nyata sesungguhnyalah yang
benar-benar bisa memelukmu dan memberikanmu cinta dan kehangatan, Ibu salah
satunya. Dia yang selalu ada untuk kita dalam keadaan apapun.
Saat
kita butuh didengarkan, saat kita butuh dinasehati, saat kira butuh saran,
bahkan saat kita hanya membutuhkan sebuah pelukan. Semua itu bisa diberikan
oleh sebuah sosok yang bernama Ibu, Mama, Umi, Bunda, Amak, Emak, dan berbagai
sebutan lainnya yang biasa disematkan pada seseorang yang melahirkan anak. Bisa
jadi mereka yang dengan tulus membesarkan kita tanpa melakukan tugas seorang
ibu sebagai sosok yang mengandung dan melahirkan.
Seorang
ibu selalu siap untuk kita, anaknya kapanpun kita membutuhkannya. Walaupun kita
sebagai anak tidak selalu bisa hadir saat beliau membutuhkan kita. Kadang kita
tidak peka saat Ibu kita tersakiti perasaannya dengan ucapan dan tingkah laku
kita. Saat ia berselisih dengan ayah kita dan memerlukan pelukan hangat dari
kita untuk menguatkannya. Bagaimana ketika ia kehilangan semangat dan
membutuhkan pelukan kita untuk bisa menjadi penguatnya. Itulah bedanya seorang
anak dan seorang ibu.
Dan
akhirnya, pada Ibulah kita kembali atas semua amarah yang kadang membuncah
dalam hati dan pikiran kita. Hanya kepadanyalah kita bisa melepas segala rasa
tanpa harus malu. Hanya Ia yang mampu mendengar keluh kesah kita tanpa
membocorkannya pada orang lain. Dialah yang tahu segala-galanya tentang kita,
walaupun ia mengetahuinya dari buku diary yang ia baca tanpa sepengetahuan
kita. Ah, mama... Selamat hari Ibu. You
are not perfect Mom but you are the best mom that i ever had. I Love u Mama.Cinta
seorang Ibu memanglah tak terhingga sepanjang masa.***
No comments:
Post a Comment